Memang tidak mudah menganggap segala sesuatu itu simple, perlu waktu dan dimensi diluar batas dimensi kewajaran berpikir manusia 'genius' yang selalu beranggapan dengan logika , padahal logika sendiri adalah kekuatan tanpa batas yang sebenarnya 'hati' adalah logika terluas meskipun letaknya bukan di hati secara harfiah.
Ada satu pengalaman,dari yang saya hadapi,dalam menanggapi sesuatu,ada seseorang yang selalu memperhatikan detail meskipun itu adalah sesuatu yang tidak perlu detail,saking kapitalisme-nya dalam menanggapi suatu masalah, untuk sebuah kertas yang sobek saja diteliti sampai berapa kekuatan regangan kertas tersebut,bahan apa yang digunakan,berapa beban yang diterima,berapa lama kertas tersebut disimpan dsb.dsb. Padahal kertas yang robek itu hanya untuk pembungkus gorengan yang dia beli,,ga ada pengaruhnya robeknya besar atau kecil,karena masih ada plastik untuk membungkusnya lagi.
Demikian hebatnya cara berpikir orang tersebut sampai sedetail itu, tapi apakah tepat? apakah sesuai untuk kondisi yang ada? apakah perlu? apakah tidak bisa energi tersebut digunakan untuk bertindak untuk hal yang lebih bermanfaat secara umum? beramal dengan mengerem untuk hal-hal yang mungkin malah bisa membuat orang jengkel dan berakibat buruk bagi orang lain maupun dirinya sendiri? kenapa segala sesuatu yang mudah dan simple malah diperumit, bukankah kita hidup ingin segalanya lebih mudah, kecuali kita memang menyukai tantangan,tapi apakah tantangan itu juga mencari yang tidak perlu untuk dilakukan dengan mengada-ada untuk kita lakukan.?
Ah memang banyak sih yang senang untuk memperumit hal yang bisa dipermudah,banyak sekali,bukan hanya cerita saya mengenai orang yang saya temui tadi,tapi juga hal yang sering kita temui didalam kehidupan kita.
Kenapa orang suka naik gunung, naik perahu melewati sungai deras, balapan motor paadahal tidak ada yang dikejar kecuali siapa paling dulu mencapai finish,kenapa orang membeli lukisan yang harganya selangit hanya untuk dilihat bukan untuk dijual lagi,padahal kalau dananya untuk membantu korban bencana alam bisa membiayai satu kampung, kenapa dengan rumitnya hal-hal tersebut dengan tujuan yang sebenarnya sia-sia baik secara hasil yang sebenar-benarnya adalah penghamburan.kepuasan?
Ahhh begitukah nafsu? mengendalikan manusia hingga melampaui batas-batas yang sebenarnya lebih mulia untuk dilakukan daripada membuang waktu,pikiran,tenaga,biaya hanya untuk hal-hal yang bermanfaat secara semu? kepuasan bathin?
Bathin yang bagaimana?..kepuasan bathin dengan bermilyar-milyar energi dibuang, lebih mulia mana dengan kepuasan bathin saat kita melihat saudara,teman kita, orang lain tersenyum ikut bahagia karena kita membahagiakanya meski dengan hanya memberi senyum dan dibalas senyum hormat juga,atau senyum terimakasih karena kita telah berikan waktu tenaga dan pikiran kita atau dana walau cuma 1000 rupiah untuk gorengan yang cuma sebentar lewat kerongkongan...
dibanding merumitkan segala bentuk kepuasan bathin yang dengan sederhananya dapat diperoleh dibanding harus mengobral apa saja ,tenaga,pikiran atau dana sesuai nafsunya demi kepuasan melihat orang lain terbodohkan,kelihatan bodoh,dapat disalahkan,posisinya dibawah kita untuk dapat kita salahkan atau sebagai obyek pendengar filosofi kita yang tidak perlu mengucapkan jutaan kata jika satu dua kata sudah dapat menyelesaikannya,
apakah disini ada bentuk kepuasan jika dapat mengumbar apa yang kita miliki untuk dilihat,didengar,dipuji orang?? itukah kepuasan..ah sungguh nista walaupun terpuaskan.
Begitukah kita? hanya 'cermin' yang bisa menjawab, hanya kita sendiri yang bisa menjawab.
Hal yang sederhana,biarkan tetap sederhana, hal yang lebih komplek sederhanakanlah agar lebih mudah,,
Tetapi jika kita menyenangi kepuasan,liriklah kepuasan yang bermanfaat bagi sesama dan dunia ini,bukan hanya untuk diri sendiri.
Kalau bisa mudah kenapa harus sulit,kalau sulit permudahlah,tidak ada yang harus rumit khan? kecuali kita menginginkan dan menyukainya untuk bersulit-sulit... apa ini budaya kita yang kita sendiri melakukannya tapi malah menuduh orang lain yang melakukannya? it human nature..
Selasa, 17 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar