Senin, 23 Maret 2009
LUPA AKAN HAKIKAT AMANAH..
Ada seorang mantan JAKSA,pensiunan, yang 'berhasil' secara materi, anak-anaknya rata2 berhasil dan sudah bekerja serta mereka sudah mempunyai penghasilan sendiri yang sama sekali tidak perlu meminta sedikitpun dari orang tuanya yang masih komplit dan berhasil secara materi dari hasil pensiun-nya sebagai seorang Jaksa pamong keadilan yang 'berhasil' ( mungkin ini prasangka,semoga hamba dimaafkan dan diberi petunjuk oleh YME jika ini salah,namun semoga ini menjadi pembelajaran jika suatu saat saya juga 'berhasil' jika dilihat dari materi yang bisa saya dapatkan jika mimpi-mimpi saya terwujud agar tidak terlupa...wallahu a'lam bswb.)
Dan pak Jaksa beserta istrinya dengan dana pensiunnya membeli tanah yang luas dengan murahnya dan dibangunlah disitu berderet tempat kontrakan berpuluh pintu dalam lokasi di sekitarnya juga ada yang membeli tanah kosong tersebut hanya untuk tempat tinggal karena lebih murah jika harus membeli di tempat yang lebih strategis walaupun tidak bisa membeli bidang dan letak tanah yang lebih ideal untuk tempat tinggal.
Namun..dalam pelaksanaan pembuatan rumah kontrakan tersebut jalan lewat yang tidak mungkin dari seorang janda yang baru ditinggal suaminya(meninggal) dan anaknya yang tentu seorang yatim,yang sudah memohon untuk diberikan sedikit ruang barang setapak untuk akses jalan agar dapat berusaha..masya Allah, samasekali tidak dibuka , rumah si janda tersebut tertutup rapat oleh pagar kontrakan sang mantan Jaksa yang berhasil tersebut...Ina lillahi wa inallilahi rojiun,apakah sang Jaksa yang sudah sepuh itu lupa,apa yang dibangun dan dibanggakanya saat ini tidak akan ada harganya nanti atau besok jika nyawa sudah tidak dikandung badan..
Untuk sekedar jalan lewat,akses ekonomi sang janda beranak yatim,akses bermain sang anak yatim, yang dengan alasan apapun sebenarnya akses pahala sang 'penyewa' tanah milik yang maha Kuasa, mengapa dibutakan dengan alasan duniawi, dengan 'congkak'nya juga menganggap bahwa jalan yang diberikan oleh pemilik tanah sebelumnya adalah haknya karena bidang tanah yang dipunyai 'paling' luas , dan dengan semenanya berhak MENGURANGI UKURAN LUAS JALAN untuk sekedar meng-utuhkan jumlah pintu kontrakan yang harus jadi...target apa sebenarnya yang ingin dicapai oleh pasangan suami istri jompo dengan anak-anak yang sebenarnya tidak mengharapkan apapun dari orang tua mereka yang memang sudah lebih dari cukup untuk kehidupan di dunia fana dengan tingkatan pola hidup yang tidak bisa dianggap sederhana?
Itukah yang dinamakan tamak? apakah karena itu untuk menjadi Jaksa dan perangkat hukum lainnya cukup mahal di negeri ini karena memberikan penghasilan yang lebih dari orang-orang biasa apalagi hanya seperti sang Janda yang mencoba bertahan hidup dengan berjualan minuman ringan harus ditutup jalan hidupnya karena merasa berhak dan statusnya lebih mampu?.... ini memang bukan sekedar cerita, ini sesuatu yang saya rasakan didepan mata saya,namun jika apa yang cetho melo-melo saya lihat salah,mohon dimaafkan, semoga ini menjadi pengingat bagi kita yang diberi Amanah lebih daripada orang lain,bahwa segala yang kita miliki di dunia ini adalah FANA.. pernahkah kita mencoba untuk 'mematikan' atau menon-aktifkan PANCA INDRA kita dalam keadaan sadar untuk mengerti,apa yang kita rasakan jika segala indra tidak mampu lagi merasakan...pernahkah...
Bagaimana jika kulit tidak bisa merasakan sentuhan..
Bagaimana jika mata tidak bisa melihat..
Bagaimana jika lidah sudah tidak bisa mengecap..
Bagaimana jika hidung sudah tidak bisa membau..
Bagaimana jika telinga sudah tidak mendengar.....
APA YANG KITA RASAKAN....?? TAHUKAH KITA?
Itulah arti FANA...materi adalah fana,mengapa kita menjadi tamak dengan titipan?
Sebegitu takutnya kah jalan rejeki tertutup untuk sekedar berbagi tanpa harus me-rana-kan orang yang sudah sengsara?..
Semoga kita selalu ingat hal berikut ini:
diriwayatkan oleh Al Imam Muslim rahimahullah dari hadits Abu Thufail Amir bin Watsilah ia berkata: “Suatu saat aku pernah berada di
sisi Ali bin Abi Thalib , maka datanglah seorang laki-laki seraya
berkata: “Apa yang pernah dirahasiakan oleh Nabi kepadamu?” Maka Ali
pun marah lalu mengatakan: “Nabi belum pernah merahasiakan sesuatu
kepadaku yang tidak disampaikan kepada manusia ! Hanya saja beliau
pernah memberitahukan kepadaku tentang empat perkara. Abu Thufail
berkata: “Apa empat perkara itu wahai Amirul Mukminin ?” Beliau
menjawab:
“Rasulullah bersabda:
“(Artinya) Allah melaknat seorang yang melaknat kedua orang tuanya,
Allah melaknat seorang yang menyembelih untuk selain Allah,
Allah melaknat seorang yang melindungi pelaku kejahatan,
dan Allah melaknat seorang yang mengubah tanda batas tanah.”
(At Tashawwuf Min Shuwaril Jahiliyyah, hal. 7-8).
**Semoga Allah selalu melindungi kita dari perbuatan yang dimurkai-Nya**
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar